.


I. PENDAHULUAN

Angka kematian ibu dan bayi menggambarkan keberhasilan dalam sektor kesehatan, karena AKI dan AKB menentukan derajat kesehatan masyarakat yang menggambarkan kualitas kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Tingginya AKI dan AKB menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dan menyebabkan kemunduran ekonomi dan sosial di masyarakat (Saifudin, 1997). Upaya pemerintah untuk menurunkan jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) dan kematian bayi tampaknya masih sulit dilakukan.

Terdapat beberapa faktor penyebab kematian ibu di antaranya disebabkan oleh penyebab langsung obstetrik dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas sedangkan penyebab tidak langsung disebabkan oleh penyakit yang memperberat kehamilan dan meningkatkan resiko terjadinya kesakitan dan kematian.

Selain itu, salah satu kontribusi kematian ibu juga disebabkan oleh 4 terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu sering, terlalu pendek jarak kehamilan dan terlalu tua. Meskipun demikian, 3 Terlambat juga merupakan penyumbang angka kematian ibu dan bayi di Indonesia, yaitu terlambat pengambilan keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat di fasilitas kesehatan.

Masalah yang terjadi pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kematian, kesakitan dan kecacatan. Hal ini merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang jelek, perawatan Manual Book SAMPER ANTER ANTAR JEMPUT IBU BERSALIN KE FASILITAS KESEHATAN selama kehamilan yang tidak adekuat, penanganan selama persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta perawatan neonatal yang tidak adekuat. Bila ibu meninggal saat melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki bayinya menjadi semakin kecil.

Kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna tanpa dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan meningkatkan kesehatan ibu. Perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar, harus disertai dengan perawatan neonatal yang adekuat dan upaya-upaya untuk menurunkan kematian bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir (seperti tetanus neonatorum, sepsis), hipotermia dan asfiksia. Berdasarkan penjelasan di atas perlu adanya konsep terpadu untuk menangani kasus AKI/AKB yang tinggi dan upaay kemitraan untuk mengatasinya.

II. .LATAR BELAKANG

Tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dan menyebabkan kemunduran ekonomi dan sosial di masyarakat. Banyak faktor penyebab kematian ibu bersalin baik langsung trias klasik (perdarahan, preeklamsia/eklamsia dan infeksi) maupun penyebab tidak langsung yang diakibatkan karena keterlambatan penanganan dan pengambilan keputusan mulai di tingkat rumah tangga sampai di pelayanan kesehatan rujukan. Bila ibu meninggal saat melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki bayinya menjadi semakin kecil. Kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna tanpa dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan meningkatkan kesehatan ibu. Berdasarkan data tahun 2018 diperoleh sekitar 66% masih dilakukan oleh paraji, dimana Desa Pabangbon Kecamatan Leuwiliang merupakan desa penyumbang tertinggi persalinan ditolong oleh paraji. Data tahun 2017 dapat diperoleh kematian bayi sebanyak 2 dan 2018 sebanyak 1 kasus, dan sering terjadinya 4T dalam proses perujukan.

Kepercayaan tradisional dan penundaan pengambilan keputusan dalam mencari perawatan pada fasilitas kesehatan masih terjadi di masyarakat. Kepercayaan 3 tradisional yang dianut masyarakat tertentu akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh suami sebagai kepala keluarga atau orang yang memegang peranan penting di dalam keluarga. Akibatnya jika terjadi kasus kegawatdaruratan pada ibu hamil, melahirkan atau setelah melahirkan harus melibatkan beberapa pihak untuk berembuk. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya keterlambatan di dalam pengambilan keputusan yang mengakibatkan kematian pada ibu.

Terdapat 5 faktor dominan dalam pengambilan keputusan yaitu: Status, Tingkat Pendidikan, Latar belakang kekerabatan dan kekayaan yang dimiliki. Selanjutnya keterlambatan lainnya adalah dalam mencapai fasilitas kesehatan tempat rujukan akibat hambatan transportasi, dan faktor geografis Selain itu, faktor budaya dan tradisi masih berperan dalam proses perawatan masa nifas melalui pengaruh keluarga yang berperan dalam perawatan pascamelahirkan. Diantaranya adalah berupa praktik pantangan dan atau keharusan untuk mengonsumsi makanan tertentu. Saat masa nifas, ibu hanya mengonsumsi nasi putih tanpa protein hewani dan membatasi konsumsi air putih karena dianggap dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Hal tersebut dapat menurunkan kondisi ibu pascamelahirkan yang membutuhkan cukup asupan gizi untuk mengembalikan kondisi tubuh dan membantu proses menyusui (Suryawati, 2007).

Hal lainnya penyebab tingginya AKI/AKB tersebut, antara lain adalah jarak, ketersediaan sarana transportasi dan juga dapat disebabkan oleh biaya. Wawancara yang dilakukan terhadap beberapa kepala desa didapatkan bahwa belum tersedianya ambulans desa yang dapat digunakan sebagai alat transportasi saat akan dilakukan rujukan. Alat transportasi yang digunakan saat membawa ibu ke fasilitas rujukan menggunakan kendaraan milik tetangga terdekat saja sehingga butuh waktu lebih lama untuk membawa ibu ke fasilitas rujukan.

WHO (1999) menyatakan bahwa jarak menjadi faktor penghambat penting bagi pasien dalam mencapai rumah sakit terdekat terutama daerah pedesaan. Pengaruh jarak akan lebih terasa apabila kurangnya transportasi dan kondisi jalan yang kurang baik sehingga semakin mempengaruhi pasien dalam mengambil keputusan. Kematian ibu di fasilitas kesehatan dapat dicegah bila ibu dapat dibawa secepatnya, namun kondisi gawat darurat yang tidak diketahui dan 2 keterlambatan lainnya menyebabkan peningkatan jumlah kematian pada ibu. Kondisi tanda bahaya dapat dikenali sejak dini jika ibu rutin melaksanakan pemeriksaan kehamilan dan mendapatkan pelayanan kehamilan yang berkualitas.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Puskesmas Leuwliang bekerjasaam dengan Desa Pabangbon membuat terobosan “SAMPER ANTER” (Antar Jemput Ibu Bersalin Ke Fasilitas Kesehatan) melalui komitmen bersama lintas sektor yang dibangun antara ibu hamil, keluarga, kader, bidan desa, ketua desa siaga, dan kepala desa untuk bersama- sama menyepakati agar ibu bersalin dapat ditangani di faskes dengan cara kader kesehatan menjemput ibu hamil untuk bersalin di faskes. Dengan adanya inovasi ini diharapkan dapat menurunkan AKI dan AKB di wilayah Desa Pabangbon.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

1. Tujuan Umum Meningkatkan cakupan linfaskes

2. Tujuan Khusus

a. Mengingkatkan kerjasama lintas sektor dalam meningkatkan cakupan linfaskes Desa Pabangbon

b. Untuk mempermudah akses ibu hamil mendapatkan pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan

IV. DESKRIPSI INOVASI SAMPER ANTER” (Antar Jemput Ibu Bersalin Ke Fasilitas Kesehatan)

merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif dalam mencegah terjadinya kasus kematian ibu dan bayi akibat tidak tertangani/terlambat ditangani di fasilitas kesehatan.

Cara yang 5 ditembuh adalah dengan membuat komitemen lintas sektor yang dibangun antara ibu hamil, keluarga, kader, bidan desa, ketua desa siaga, dan kepala desa untuk bersam sama menyepakati agar ibu bersalin dapat ditangani di faskes dengan cara kader kesehatan menjemput ibu hamil untuk selanjutnya dibawa ke faskes dengan melibatkan unsur desa siaga. Dengan adanya inovasi ini diharapkan dapat menurunkan AKI dan AKB di wilayah Desa Pabangbon.

Untuk implementasi kegiatan SAMPER ANTER., maka dibentuklah tim penggerak inovasi SAMPER ANTER yang bertugas untuk menjemput dan mengantar ibu bersalin untuk bersalin di fasilitas kesehatan agar mendapat pertolonagn kesehatan dengan segera. Terdapat kurang lebih 50 kader yang akan melakukan proses penjemputan dan pengantaran ibu bersalen ke fasyankes. Ket. Kader SAMPER ANTER Ket. Lokasi posyandu Rw 07 Ket. Lokasi Kantor Desa Pabangbon

V. CARA KERJA

1. Perencanaan

2. Pembukaan

3. Membentuk tim penggerak “Samper Anter”

4. Tanda tangan kesepakatan antara ibu hamil dan tim penggerak “samper anter” dalam pertolongan persalianan di fasilitas kesehatan 5. Penutup VI. TAHAPAN DAN PELAKSANAAN INOVASI

A. Tahapan Inovasi

NO. TAHAPAN WAKTU KEGIATAN KETERANGAN

1. Latar Belakang Masalah Mei-Juni 2019 Tingginya AKI/AKB di Desa Pabangbon

2. Perumusan Ide Juni 2019 Perumusan ide dari masukan semua pihak/ koordinasi 7 dengan Kepala Puskesmas

3. Perancangan Juli 2019 Menyusun tim pengelola inovasi dan linsek

4. Implementasi Juli 2019 Pelaksanaan di Desa Pabangbon dengan membentuk Tim Kader SAMPER ANTER B. Pelaksanaan Inovasi NO KEGIATAN VOL LOKASI BULAN 6 7 8 9 10 11 12 1 PERENCANAAN Membuat rencana kegiatan Inovasi 1 X PKM X Menyiapkan sarana dan prasarana kegiatan 1 X PKM X Melaksanakan perencanaan "SAMPER ANTER" 1 X PKM X 2 PELAKSANAAN PROGRAM Melaksanaan sosialisasi pelayanan 1X PKM X "SAMPER ANTER" Melaksanaan pelayanan "SAMPER ANTER" 6X PKM X X X X X X X 3 PENGAWASAN PENGENDALIAN DAN PENILAIAN Pencatatan dan pelaporan 1 X PKM X X X X X X X Evaluasi kegiatan 1 X PKM X X X X X X X

VII. MANFAAT

1. Meningkatkan cakupan Linakes dan Linfaskes

2. Dapat meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan lintas sektor

3. ibu bersalin dapat ditoling oleh tenaga kesehatan 4. menurunkan resiko kematian ibu dan bayi

VIII. KELEBIHAN

1. Ibu bersalin dijemput menggunakan ambulan desa

2. Lebih efisien waktu

3. Persalianan oleh tenaga kesehatan

IX. KEKURANGAN Di beberapa wilayah yang sulit dijangkau harus dilakukan tindakan menandu ibu bersalin dan membutuhkan orang banyak.

X. BIAYA PEMBUATAN Biaya atau dana untuk kegiatan ini diperoleh dari dana BOK XI. INFORMASI LAIN Dilakukan evaluasi setiap akhir bulan. Dilakukan pencatatan setiap bulan dalam buku KIA.

Download File Lampiran
  7f67bb27ac1ad70ad6e18d2e881f7cd1.pdf